Rabu, 27 Februari 2013

Interaksi Sosial Para Pegiat Dakwah


Di dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya  akan selalu membutuhkan  individu ataupun kelompok lain agar dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Proses sosial ini, merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Proses hubungan tersebut berupa interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus. dimaksudkan sebagai pengaruh tibal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. 
           
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi sosial.          
            Bila dikaitkan dengan
Kegiatan dakwah. secara umum merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Sebagaimana hadist rosul saw yang berbunyi “balliguu anniiy walau aayah "sampaikanlah dariku walau satu ayat”. Di dalam kegiatan dakwah, ada subjek dan ada objek. Subjeknya adalah seorang da’i dan objeknya adalah mad’u. Begitulah potret sederhana kegiatan dakwah yang menjadikan dakwah sebagi proses sosial.

Pembahasan
A.     Interaksi Sosial Para Pegiat Dakwah
Interaksi Sosial adalah hubungan dinamis yang menyangkut timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok . dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. dalam bentuk kerjasama, persaingan ataupun pertikaian. Interaksi juga merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan tindakan berdasarkan tata nilai dan norma norma yang dilakunan di masyarakat. Sedangkan para pegiat dakwah ialah para pemuka agama, seperti ulama. Kiayi, ustad, Da’i atau Mubaligh  yang menyampaikan pesan dakwah (nilai” islam) kepada madu.
Jadi interaksi soaisal para pegiat dakwah adalah  Interaksi sosial yang dilakukan antara  Da’i dan Mad’u di mana mereka saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku satu  sama  lain.         
Interaksi sosial memilki ciri-ciri sebagai berikut:  
              a. Pelaku lebih dari satu orang b. Adanya hubungan timbal balik antar pelaku yaitu komunikasi antar pelaku dengan menggunakan bahas, simbol atau lambang. c. Diawali  dengan adanya kontak sosial baik secara langsung maupun tidak langsung           . d. Adanya dime-nsi waktu (lampau, sekarang, dan akan datang) yang menentukan sifat hubungan timbal balik yang sedang berlangsung dan e. mempunyai maksud tujuan dari masing-masing pelaku.           
Adapun syarat untuk terjadinya interaksi sosial Menurut  Prof. Dr. Soerjono Soekamto, ada dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. :
                a. Kontak Sosial  Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik (langsung), bisa juga secara tidak langsung
seperti  bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat seperti dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder.
                 b. Komunikasi  merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi Komunikator– Pesan –Media– Komunikan = Efek kalaupun dikaitkan dengan kegiatan dakwah disini bisa menjadi Da;i – Maudu – wasilah – Mad’u = Efek.

B. Faktor Dasar Interaksi Sosial    
Dr. W.A. Gerundang Dipl. Psych (1986, 58) menyatakan bahwa ada empat factor dasar dalam interaksi sosial, yaitu
a. Imitasi        
            Imitasi merupakan proses belajar manusia dalam masyarakat sebagai proses mematangkan kepribadiannya. Misalnya, kita tempatkan pada anak dikeluarga, maka factor teladan dari orang tua sangat kuat pengaruhnya. Nabi Muhammad sendiri menjadi teladan umat manusia, baik umat muslim maupun non-muslim Baik dalam kehidupan muamalah, ibadah, ataupun kehidupan lainnya
             Lewat suri tauladan (teladan sebagai metode dakwah) maka manusia belajar kebiasaan yang baik dan akhlak yang mulia. Begitu pula sebaliknya, apabila kita terbiasa dangan kebiasaan yang buruk maka kita akan mendapatkan akhlak yang tercela sebagai buahnya. Di sinilah pentingnya imitasi dalam dakwah. Sebagai seorang da’I  renungkanlah.
b. Sugesti       
            Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus pandangan atau sikap yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional. Sehingga sugesti bukan bersifat rasional akan tetapi mendahulukan ras. Dalam hal ini Menike menulis: “Sugesti adalah pengaruh psikis-rohaniah, yang dalam diri komunikan menghasilkan suatu sikap atau keyakinan tertentu, tanpa dirasakannya adanya keperluan untuk meminta pertanggungjawaban serta keterangan dan pembuktian lebih lanjut dari pemberi sugesti (komunikator).”   
              Sugesti dalam ilmu jiwa sosial, Ada yang menganggap sebagai suatu rangsangan yang dapat mengendurkan atau menguatkan sikap, perhatian, atau keinginan-keinginan mad’u. Sugesti merupakan proses mempengaruhi orang lain, dengan tujuan tingkah laku (behavior), bersikap (attitude) pendapat (oppinion) supaya identik dengan kita. Begitu pula dakwah dengan tujuan, agar mad’u itu mengikuti jalan yang Islamis. Tidak terlalu tergesah-gesah pada hakikatnya antara keduanya memiliki hubungan yang erat sekali, bahkan dakwah merupakan sugesti pada orang lain.            
c. Identifikasi
            Identifikasi adalah sebuah istilah dalam psikologi-psikoanalisis-Sigmund freud, dimana Dr. W.A. Gerungan membatasi “dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain”. Kecenderungan disini bersifat tidak sadar dan irasional. Sebagai ilustrasi, bagi seoarang anak, sang ayah adalah refleksi sifat kejantanan, kewibawaan, dan kepemimipinan. Sedang ibu adalah idola dari perwujudan kelembutan dan kasih saying. Dengan demikian metode keteladanan dalam dakwah mutlak sifatnya, Maka di sinilah peran orang tua ataupun Da’i dalam menumbuhkan religious consciousness atau rasa keagamaan pada anak-anaknya ataupun pada Mad’u.
            Islam menggaris bawahi tentang kehidupan keluarga ini. Di sini jelaslah kewajiban orang tua memberi contoh yang baik dan bertanggungjawab kepada anggota keluarganya, sebab ia sebagai model identifikasi. Begitu pula dalam dakwah, da’I merupakan the best example dalam lingkungan masyarakat.   


d. Simpati
            Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan, seperti juga dalam proses identifikasi (Dr. W.A. Gerungan, 1986, 69). Sehingga factor ini memiliki peran yang cukup mendalam dalam interaksi sosial. Dengan simpati maka situasi kerja sama akan lebih mudah terjadi.  
              Dalam proses interaksi dalam dakwah, factor simpati ini besar sekali perannya. Karena salah satu yang tidak dapat diabaikan dalam proses dakwah adalah terlebih dahulu membangkitkan rangsangan (stimulan) yang akan memberikan jalan pada mad’u. untuk membangkitkan itu, maka da’I harus mengadakan empati terlebih dahulu. Karenanya, factor simpati itu, kita sering melihat dakwah nonverbal (teladan dakwah bil hal) mempunyai pengaruh yang tidak kalah pentingnya dengan dakwah verbal. Pribahasa arab menulis: “Perbuatan itu lebih besar pengaruhnya dari pada kata-kata yang diucapkan”.           


C.   Manfaat Interaksi sosial
             Dengan interaksi sosial silaturahim antara Da’i dan Mad’u tercipta. Dan mempererat tali persaudaraan antara satu sama  lainnya, karena silaturahim juga memiliki peranan yang sangat penting dalam menjalin komunikasi yang baik, dan dengan adanya interaksi sosial ini Da’i  dapat berdakwah dengan melaui  suri tauladan yang baik kepada Mad’unya. Maka cara yang dilakukan para da’i dengan  berinteraksi langsung dengan mad’u nya, dapat terserap dengan baik dan untuk memperluas cakupan interaksi sang da’i yang bisa melebarkan sayapnya untuk menyebarkan ajaran-ajaran islam lebih luas lagi.     

Penutup
Kesimpulan
Dari argument diatas dapat disimpulkan bahwa dapat timbul berbagai dampak dari interaksi timbal-balik antara satu dan yang lainnya, baik dampak positif maupun negatif adapun kaitannya dengan para pegiat dakwah. seorang da’I harus mampu menguasai berbagai faktor interaksi sosial ini salah satunya menumbuhkan rasa simpati pada mad’u. Sekiranya mad’u sudah tidak simpati terlebih dahulu dengan da’I jangan diharapkan terjadi feed back dalam dakwah, apalagi tujuan dakwah akan terealisasi, mungkin hanya “counter effect” yang diterimanya, atau bahkan kita ditolak secara mentah-mentah.   
           
Dalam kegiatan dakwah selalu terjadi proses interaksi sosial, yaitu hubungan antara Da’i  dan Mad’u. Interaksi sosial dalam proses dakwah ini ditujukan untuk mempengaruhi mad’u yang akan membawa perubahan sikap prilaku seperti mempererat tali perasaudaraan dengan silaturahmi dan meneladani kepribadaian yang baik dari sang Da’i. Dengan demikian tujuan dakwah yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 

        DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Tri pranto, Marmin. Sosiologi SMA kelas X, Bogor : CV Regina, 2006
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008
Enjang dan Aliyudin. Dasar dasar ilmu Dakwah , Bandung : Widya Padjadjaran

Internet :



Rabu, 27 Februari 2013

Interaksi Sosial Para Pegiat Dakwah


Di dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya  akan selalu membutuhkan  individu ataupun kelompok lain agar dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Proses sosial ini, merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Proses hubungan tersebut berupa interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus. dimaksudkan sebagai pengaruh tibal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. 
           
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi sosial.          
            Bila dikaitkan dengan
Kegiatan dakwah. secara umum merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Sebagaimana hadist rosul saw yang berbunyi “balliguu anniiy walau aayah "sampaikanlah dariku walau satu ayat”. Di dalam kegiatan dakwah, ada subjek dan ada objek. Subjeknya adalah seorang da’i dan objeknya adalah mad’u. Begitulah potret sederhana kegiatan dakwah yang menjadikan dakwah sebagi proses sosial.

Pembahasan
A.     Interaksi Sosial Para Pegiat Dakwah
Interaksi Sosial adalah hubungan dinamis yang menyangkut timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok . dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. dalam bentuk kerjasama, persaingan ataupun pertikaian. Interaksi juga merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan tindakan berdasarkan tata nilai dan norma norma yang dilakunan di masyarakat. Sedangkan para pegiat dakwah ialah para pemuka agama, seperti ulama. Kiayi, ustad, Da’i atau Mubaligh  yang menyampaikan pesan dakwah (nilai” islam) kepada madu.
Jadi interaksi soaisal para pegiat dakwah adalah  Interaksi sosial yang dilakukan antara  Da’i dan Mad’u di mana mereka saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku satu  sama  lain.         
Interaksi sosial memilki ciri-ciri sebagai berikut:  
              a. Pelaku lebih dari satu orang b. Adanya hubungan timbal balik antar pelaku yaitu komunikasi antar pelaku dengan menggunakan bahas, simbol atau lambang. c. Diawali  dengan adanya kontak sosial baik secara langsung maupun tidak langsung           . d. Adanya dime-nsi waktu (lampau, sekarang, dan akan datang) yang menentukan sifat hubungan timbal balik yang sedang berlangsung dan e. mempunyai maksud tujuan dari masing-masing pelaku.           
Adapun syarat untuk terjadinya interaksi sosial Menurut  Prof. Dr. Soerjono Soekamto, ada dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. :
                a. Kontak Sosial  Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik (langsung), bisa juga secara tidak langsung
seperti  bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat seperti dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder.
                 b. Komunikasi  merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi Komunikator– Pesan –Media– Komunikan = Efek kalaupun dikaitkan dengan kegiatan dakwah disini bisa menjadi Da;i – Maudu – wasilah – Mad’u = Efek.

B. Faktor Dasar Interaksi Sosial    
Dr. W.A. Gerundang Dipl. Psych (1986, 58) menyatakan bahwa ada empat factor dasar dalam interaksi sosial, yaitu
a. Imitasi        
            Imitasi merupakan proses belajar manusia dalam masyarakat sebagai proses mematangkan kepribadiannya. Misalnya, kita tempatkan pada anak dikeluarga, maka factor teladan dari orang tua sangat kuat pengaruhnya. Nabi Muhammad sendiri menjadi teladan umat manusia, baik umat muslim maupun non-muslim Baik dalam kehidupan muamalah, ibadah, ataupun kehidupan lainnya
             Lewat suri tauladan (teladan sebagai metode dakwah) maka manusia belajar kebiasaan yang baik dan akhlak yang mulia. Begitu pula sebaliknya, apabila kita terbiasa dangan kebiasaan yang buruk maka kita akan mendapatkan akhlak yang tercela sebagai buahnya. Di sinilah pentingnya imitasi dalam dakwah. Sebagai seorang da’I  renungkanlah.
b. Sugesti       
            Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus pandangan atau sikap yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional. Sehingga sugesti bukan bersifat rasional akan tetapi mendahulukan ras. Dalam hal ini Menike menulis: “Sugesti adalah pengaruh psikis-rohaniah, yang dalam diri komunikan menghasilkan suatu sikap atau keyakinan tertentu, tanpa dirasakannya adanya keperluan untuk meminta pertanggungjawaban serta keterangan dan pembuktian lebih lanjut dari pemberi sugesti (komunikator).”   
              Sugesti dalam ilmu jiwa sosial, Ada yang menganggap sebagai suatu rangsangan yang dapat mengendurkan atau menguatkan sikap, perhatian, atau keinginan-keinginan mad’u. Sugesti merupakan proses mempengaruhi orang lain, dengan tujuan tingkah laku (behavior), bersikap (attitude) pendapat (oppinion) supaya identik dengan kita. Begitu pula dakwah dengan tujuan, agar mad’u itu mengikuti jalan yang Islamis. Tidak terlalu tergesah-gesah pada hakikatnya antara keduanya memiliki hubungan yang erat sekali, bahkan dakwah merupakan sugesti pada orang lain.            
c. Identifikasi
            Identifikasi adalah sebuah istilah dalam psikologi-psikoanalisis-Sigmund freud, dimana Dr. W.A. Gerungan membatasi “dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain”. Kecenderungan disini bersifat tidak sadar dan irasional. Sebagai ilustrasi, bagi seoarang anak, sang ayah adalah refleksi sifat kejantanan, kewibawaan, dan kepemimipinan. Sedang ibu adalah idola dari perwujudan kelembutan dan kasih saying. Dengan demikian metode keteladanan dalam dakwah mutlak sifatnya, Maka di sinilah peran orang tua ataupun Da’i dalam menumbuhkan religious consciousness atau rasa keagamaan pada anak-anaknya ataupun pada Mad’u.
            Islam menggaris bawahi tentang kehidupan keluarga ini. Di sini jelaslah kewajiban orang tua memberi contoh yang baik dan bertanggungjawab kepada anggota keluarganya, sebab ia sebagai model identifikasi. Begitu pula dalam dakwah, da’I merupakan the best example dalam lingkungan masyarakat.   


d. Simpati
            Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan, seperti juga dalam proses identifikasi (Dr. W.A. Gerungan, 1986, 69). Sehingga factor ini memiliki peran yang cukup mendalam dalam interaksi sosial. Dengan simpati maka situasi kerja sama akan lebih mudah terjadi.  
              Dalam proses interaksi dalam dakwah, factor simpati ini besar sekali perannya. Karena salah satu yang tidak dapat diabaikan dalam proses dakwah adalah terlebih dahulu membangkitkan rangsangan (stimulan) yang akan memberikan jalan pada mad’u. untuk membangkitkan itu, maka da’I harus mengadakan empati terlebih dahulu. Karenanya, factor simpati itu, kita sering melihat dakwah nonverbal (teladan dakwah bil hal) mempunyai pengaruh yang tidak kalah pentingnya dengan dakwah verbal. Pribahasa arab menulis: “Perbuatan itu lebih besar pengaruhnya dari pada kata-kata yang diucapkan”.           


C.   Manfaat Interaksi sosial
             Dengan interaksi sosial silaturahim antara Da’i dan Mad’u tercipta. Dan mempererat tali persaudaraan antara satu sama  lainnya, karena silaturahim juga memiliki peranan yang sangat penting dalam menjalin komunikasi yang baik, dan dengan adanya interaksi sosial ini Da’i  dapat berdakwah dengan melaui  suri tauladan yang baik kepada Mad’unya. Maka cara yang dilakukan para da’i dengan  berinteraksi langsung dengan mad’u nya, dapat terserap dengan baik dan untuk memperluas cakupan interaksi sang da’i yang bisa melebarkan sayapnya untuk menyebarkan ajaran-ajaran islam lebih luas lagi.     

Penutup
Kesimpulan
Dari argument diatas dapat disimpulkan bahwa dapat timbul berbagai dampak dari interaksi timbal-balik antara satu dan yang lainnya, baik dampak positif maupun negatif adapun kaitannya dengan para pegiat dakwah. seorang da’I harus mampu menguasai berbagai faktor interaksi sosial ini salah satunya menumbuhkan rasa simpati pada mad’u. Sekiranya mad’u sudah tidak simpati terlebih dahulu dengan da’I jangan diharapkan terjadi feed back dalam dakwah, apalagi tujuan dakwah akan terealisasi, mungkin hanya “counter effect” yang diterimanya, atau bahkan kita ditolak secara mentah-mentah.   
           
Dalam kegiatan dakwah selalu terjadi proses interaksi sosial, yaitu hubungan antara Da’i  dan Mad’u. Interaksi sosial dalam proses dakwah ini ditujukan untuk mempengaruhi mad’u yang akan membawa perubahan sikap prilaku seperti mempererat tali perasaudaraan dengan silaturahmi dan meneladani kepribadaian yang baik dari sang Da’i. Dengan demikian tujuan dakwah yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 

        DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Tri pranto, Marmin. Sosiologi SMA kelas X, Bogor : CV Regina, 2006
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008
Enjang dan Aliyudin. Dasar dasar ilmu Dakwah , Bandung : Widya Padjadjaran

Internet :